Segala apa yang kita punya, sebenarnya bukan milik kita.
Punya dan milik itu ada perbezaannya, mempunyai dan memiliki ada definisi tersendiri.
Berapa banyak harta yang kita dapat, dengan titik peluh sendiri tetap bukan milik kita
Sehebat mana isteri dan suami yang kita kahwini, tetap bukan milik kita
Secomel dan seramai mana pun anak yang kita lahirkan, tetap bukan milik kita
Semuanya hanya pinjaman sementara, jadi kenapa mahu membanggakan diri dengan apa yang kita punya sedangkan kita tidak miliki? Kenapa mahu bersifat 'pelit' pada perkara yang kita pinjam daripada Yang Memiliki?
Siapa kita
untuk membela itu milik kita? Padahal bila-bila masa sahaja ia bakal diambil
semula.
Hadith ada
mengatakan,
“Barang siapa yang mencintai dunia, rasa takut kepada akhirat akan
sirna dari hatinya. Barang siapa yang ilmunya bertambah kemudian kecintaannya
kepada dunia juga bertambah, maka ia akan bertambah jauh dari Allah dan
kemurkaan-Nya kepadanya akan bertambah.”
Ya Allah, jauhkan hati kami daripada
cinta kepada dunia hingga kami jauh dari akhirat-Mu Allah.
Apa yang
kita punya, tetap bukan milik kita. Terapkan dalam hati, maka rasa syukur pasti
akan hadir. Syukur itu adalah merasa cukup dengan apa yang diperolehi dalam
kehidupannya, tidak mengeluh malah makin merapatkan dirinya kepada yang Maha
Memiliki.
Rasa syukur ini juga dapat kita lihat dalam hadith nabi,
“Barang
siapa yang merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia akan
merasa kaya. Dan orang yang tidak merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi
baginya, maka ia tidak pernah merasakan kekayaan sama sekali.”
Subhanallah….
Kaya dan miskin itu subjektif sifatnya, maka terpulang pada seseorang itu
merasa apa yang perlu mereka rasakan.
Kepunyaan
yang dipinjam oleh Allah itu, andai mendorong kita untuk melakukan panambahan
dan pembaikan dalam ibadah adalah yang sebaik-baiknya. Semakin banyak kepunyaan
kita itu disalurkan kepada ibadah, maka semakin banyak ibadah yang kita
lakukan, maka semakin banyak pahala yang kita perolehi.
Pahala yang menjadi
bekal, milik dan pembantu untuk kita di akhirat sana. Benar kata mutiara Islam,
sebaik-baik hartamu adalah yang bermanfaat bagimu dan orang lain.
Di sinilah
apa yang dikaitkan dengan ‘perniagaan MLM’ yang sebenar. Tidak kira kepunyaan
kita itu adalah harta atau ilmu, andai memberi manfaat kepada orang lain, dan
tersebar manfaatnya kepada insan yang lain lagi, maka tunggulah tuaiannya
apabila berada di akhirat nanti.
Ingatlah!
Manusia yang terbaik adalah yang dermawan, bersyukur dalam kekurangan,
mendahulukan orang lain, dan bersabar apabila ia ditimpa masalah. Baiki
hubungan dengan Allah, maka Allah akan memelihara hubungan kita dengan makhluk
alam yang lainnya. Sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit kesenangan
merupakan ciri-ciri orang yang dicintai oleh Allah.
Semoga diri
kita dijauhkan dari sifat riak dan terlalu cintakan dunia… amin…
Wassalam.